TEMPO.CO, Jakarta-Komisi Pemilihan Umum menargetkan tingkat partisipasi masyarakat di Pemilu 2019 sebesar 77, 5 persen. Komisioner KPU Ilham Saputra mengatakan pihaknya terus melakukan sosialisais bahwa pemilih yang memenuhi syarat datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
Saat ini, kata dia, jajaran KPU, khususnya relawan demokrasi, telah melakukan sosialisasi yang masif agar pemilih datang ke TPS. "Memilih pemimpin yang baik, kemudian pentingnya memilih seperti apa, kita sampaikan kepada mereka (pemilih)," ujar Ilham di Kantor KPU, Rabu, 20 Maret 2019.
Baca: Warga Minim Informasi, LSI Denny JA Prediksi Golput Meningkat
Model sosialiasi, kata Ilham, juga dengan menyampaikan ke pemilih untuk membawa formulir C6 ke TPS. Informasi mengenai surat suara sah dan tidak sah juga penting diberitahukan. "Itu penting diketahui masyarakat," ucapnya.
Menurut dia konsep lainnya yakni sosialisasi dengan film. Selain itu juga tatap muka langsung dengan pemilih. "Ini dilakukan relawan demokrasi juga, mereka datang ke kantong-kantong suara masyarajat." Relawan demokrasi, kata Ilham, sudah ada basisnya di setiap kabupaten dan kota. "Mereka bekerja terkait sosialisaai tentang kepemiluan," ucap dia.
Ilham meminta peserta pemilu untuk aktif menekan jumlah golput yang tinggi. Sebetulnya yang diuntungkan jika partisipasi meningkat adalah peserta pemilu. "Tentu saja peserta pemilu harus melakukan kampanye yang baik, mengajak masyarakat ke TPS, bukan kemudian lakukan kampanye yang negatif. Karena kampanye negatif mungkin saja jadi penyebab golput tadi," kata Ilham.
Kampanye dalam bentuk rapat umum, ujar Ilham, diharapkan bisa menekan jumlah golput yang diprediksi tinggi. Rapat umum sebagaimana diatur di undang-undang dibuat untuk memberikan kesempatan kepada pasangan calon dan partai politik untuk melakukan kampanye agar kemudian bisa memilih mereka.
Sebelumnya, Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masloman, memprediksi angka golput akan meningkat di pemilihan presiden 2019. Prediksi itu berdasarkan hasil sigi LSI yang menunjukkan kurang lebih sebulan menjelang pemilihan presiden 2019, pemilih yang tahu pelaksanaan pilpres akan dilaksanakan pada bulan April 2019 hanya sebesar 65,2 persen.
Simak: Slank Bicara Golput di Pemilu: Seksi atau Cemen?
Ikrama mengatakan minimnya pengetahuan masyarakat akan informasi waktu pelaksanaan pencoblosan sangat mempengaruhi besar-kecilnya golput. Berdasar riset LSI, mereka yang tahu bahwa pilpres akan dilaksanakan 17 April 2019 sebesar 75,8 persen bisa menjawab dengan benar.
"Artinya jika ditotal secara populasi, hanya 49,4 persen dari pemilih Indonesia yang terinformasi dan menjawab dengan benar bahwa pelaksanaan pilpres dan pileg dilangsungkan pada tanggal 17 April 2019," ujar Ikrama di kantornya, Jalan Pemuda, Jakarta Timur pada Selasa, 19 Maret 2019.
IRSYAN HASYIM